Masa SMA adalah masa
yang paling indah kata sebagian banyak orang. Tapi menurutku masa kuliah itu
yang bakal paling indah, karena lebih banyak lagi kita ketemu sama orang dari
seluruh penjuru tanah air. Terlebih lagi aku berharap bakal nemuin seseorang
yang katanya sekarang juga lagi kuliah ditempat yang sama denganku.
Saat masa orientasi
kampus, kami dikenalkan dengan semua unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang ada
dikampus. Masing-masing UKM unjuk kebolehan dengan menampilkan berbagai macam
atraksi untuk menarik anggota sebanyak mungkin. Semua atraksi yang ditampilkan
kakak senior seru, tapi yang paling seru waktu giliran atraksi UKM beladiri.
Aku sampe melongo lihat kakak-kakak senior demo jurus-jurus silat. Gerakan yang
anggun namun mematikan. Tiba-tiba pandanganku tertuju pada sosok yang berdiri
gagah dibelakang panggung. Siapakah dia?
Rasa penasaran
membuatku nekad ikut UKM beladiri yang sama dengan kakak misterius itu. Alamak
bodoh banget sih aku, jangankan ikut ekstra beladiri ikut ekstra selain OSIS
aja gak pernah semasa SMP dan SMA. Walhasil, badanku serasa ancur remuk lebam
waktu latihan pertama. Parahnya lagi, kakak misterius itu sama sekali tak
nampak batang hidungnya.
Latihan kedua aku masih
semangat berharap dapat ketemu sama kakak itu. Tapi aku kecewa kedua kalinya.
Udah badan semakin ancur, kaki kesleo, perut kram, namun kakak misterius itu
sama sekali gak muncul. Pupus sudah harapanku, aku jadi malas mau ikut latihan
selanjutnya. Latihan ketiga aku bener-bener gak datang.
“Kemana kemarin, kok
gak ikut latihan?” tanya Eci teman sekelasku yang seperguruan denganku.
“Badanku sakit banget,
mau pijit belum keturutan” jawabku.
“Kan baru latihan
berapa kali, ntar lama-lama juga biasa gak sakit lagi” katanya sok bijak
menasihati. Padahal aku juga tau kalau dia ikut latihan cuma pas pemanasan aja.
Abis itu pura-pura kram lah, kesleo lah trus duduk dipojokan sambil
liatin anak lain latihan. Aku cuma diem dengerin dia nyerocos sambil nungguin
dosen telat masuk.
“Eh tau gak, ternyata
senior kita ada yang ganteng lho. Kemarin aku lihat dia lagi duduk
nungguin anak-anak latihan. Cute banget, aku mau kalau ditembak jadi pacarnya.” Kulirik Eci yang lagi senyum-senyum sendiri mungkin sambil bayangin senior ganteng yang dia
maksud. Sampai jam kuliah selesai, dia masih senyum-senyum gak jelas. Bener-bener
udah gak waras kali tu anak.
“Pokoknya minggu depan
kamu ikut latihan. Awas kalau gak ikut lagi” dia berlalu sambil mengepalkan
tangan mencoba mengancamku. Aku tertawa melihat tingkahnya. Baru latihan 2 kali
aja udah berani mau pukul orang. Namun dalam hati aku penasaran sama orang yang
dimaksud Eci tadi. Aku mikir gak ada salahnya ikut latihan minggu depan, sapa
tau ketemu sama kakak misterius (ngarep.com).
“Itu lho yang duduk
dibangku sebelah kanan, ganteng kan?” tanya Eci sambil nunjuk seseorang yang
duduk dikerumunan kakak-kakak senior. Mataku melotot mencari orang yang
dimaksud Evi. Maklum kita latihan di tengah lapangan, sedangkan lampu cuma ada
dipinggir lapangan, jadi penerangannya gak cukup buat mataku yang minus.
Astaga, itu kan kakak misterius yang selama ini aku cari. Rasanya kaya ada
bunga bermekaran terus dikerubuti kupu-kupu, seneng banget akhirnya kakak
misterius itu muncul.
“Heh, napa kamu
senyum-senyum gitu? Jangan-jangan kamu juga suka ya!” suara Eci melengking
ditelingaku.
“Apaan sih kamu? Aku
cuma inget-inget aja. Kayaknya aku pernah ketemu sama senior itu tapi lupa
dimana” aku garuk-garuk kepala yang sebenere gak gatal. Ogah banget kalau
sampai ketahuan Eci aku juga naksir sama tu kakak. Beberapa saat kemudian salah
satu senior teriak-teriak nyuruh kumpul.
Latihan dimulai dengan
senam pemanasan dilanjutkan lari-lari kecil keliling lapangan. Hmm…aroma khas
pelicin baju merangsang indera pembauku. Aku menoleh memastikan kalau bukan Eci
yang lari disebelahku sekarang. Pas aku menoleh ternyata sosok disampingku juga
menoleh kearahku sambil tersenyum. Tatapan mata kami beradu. Duh..senyum itu
laksana busur panah Eros menghujam
tepat di jantungku. Bunga-bunga serasa bermekaran menebarkan harum disekitarku.
Kurasakan waktu bergerak sangat lambat persis adegan film action yang di slow motion.
Dugg…!! tiba-tiba
ribuan kunang-kunang menyerangku. Pandangan mataku kabur seiring rasa nyeri
dikepala. Kepalaku pening dan badanku
terhuyung. Namun sebelum kepalaku mencium aspal tepi lapangan, sosok itu sigap
menangkapku. Selain aroma parfum tubuhnya aku gak ingat apapun.
Pingsan....
Pingsan....