“Meskipun
kami terperangkap dalam raga yang rapuh berbalut selendang kelembutan, bukan
berarti hanya isak tangis yang bisa kami lakukan untuk melawan segala bentuk
penindasan.”
“The Feminine Mystique” buku karangan Betty Friedan yang akhir-akhir ini kutekuni
membaca. Buku yang merubah perspektifku tentang sifat seseorang, khususnya
dikalangan para lesbian. Biasanya butch berpasangan dengan femme, seperti yang aku
jalani saat ini. Butch berperan sebagai seorang suami,
sedangkan femm berperan sebagai istri. Jadi,
aku berpendapat bahwa seorang femm tidak
boleh melakukan hal-hal aneh yang menjurus pada kegiatan yang dilakukan butch (emang agak kolot pendapat itu).
Aku suka femm yang manja, kalem, dan lemah
lembut. Makanya aku berharap dapet partner kalo g’ dari Surakarta ya dari Jogja.
Doaku terkabul, partnerku cewek Jogja. Wajahnya cantik, kalem, tutur katanya
halus, dan tingkah lakunya sopan. Namun, aku g’ pernah nyangka jika dibalik sifatnya
yang manja dan sikapnya yang lemah lembut ternyata menyimpan suatu misteri.
Awal bulan November tahun 2011 kemarin aku mendapatkan promosi jabatan di
Jakarta. Aku berniat hijrah, menetap disana dan memboyong partner bersamaku
juga. Awalnya partner menolak karena alasan kehidupan di Jogja lebih tenang dan
tentu saja karena pekerjaannya di Jogja. Namun, akhirnya partner lepasin
pekerjaannya di Jogja dan sepakat ikut denganku, karena alasan klasik“seorang
istri harus selalu mendampingi suami dan patuh pada keputusannya.”
Satu minggu setelah kami pindah ke Jakarta, partner dapet tawaran seorang teman
bekerja di perusahaannya. Sebenarnya aku kurang setuju karena lokasi kerja kami
berbeda dan jaraknya cukup jauh. Namun, setelah berfikir tidak ada salahnya
jika ganti aku yang mengalah dan memberi partner kesempatan mencoba pekerjaan
tersebut dengan syarat aku mengantar-jemput dia. Kesibukan
pekerjaanku bertambah, sering aku kembali ke kantor setelah mengantar partner
pulang. Mungkin karena alasan tersebut, partner meminta untuk membawa kendaraan
sendiri. Namun, aku tidak mengijinkannya. Ketidaksetujuanku tentu dengan alasan
sangat jelas. Jakarta bo… dimana sih ada ruang yang aman di ibukota kejam ini?
Semua juga tau kalau setiap jengkal langkah kita ada yang mengintai.
Malam itu partner kerja lembur, jadi otomatis aku jemput dia larut malam.
Sampai di tengah perjalanan pulang, mobil yang kami kendarai mogok. Sial
banget… kucoba periksa mencari penyebab mogoknya Mazda. Namun, tidak juga
kutemukan. Karena takut waktu semakin larut, kami sepakat jalan kaki menuju
rumah yang berjarak ± 2 km lagi. Untuk memperpendek jarak tempuh, kita
mengambil jalan pintas.
Ternyata jalan pintas yang kami lewati sepi banget dan kurang pencahayaan.
Wahh…lagi-lagi salah prediksi. Daripada balik lagi ke jalan utama yang udah
cukup jauh, kita tetep lewat jalan ini. Waktu melewati gang sempit, di ujung
jalan nampak segerombolan laki-laki berjalan sempoyongan tertawa-tawa.
Waduh…masalah lain lagi nih. Aku sudah mengira jika itu gerombolan pemabuk.
Jika berbalik arah, bakalan di kejar. Jadi tetep aja jalan lurus kearah
gerombolan. Melihat kami hanya berjalan berdua, mereka tertawa terbahak-bahak
seperti melihat mangsa empuk.
“Heh, mau apa loe?!” tanya salah satu dari mereka menghadang jalan kami.
“Kami mau numpang lewat Bang,”
jawabku seramah mungkin menghindari emosi mereka muncul.
“Loe boleh lewat, asal kasih pajak jalan ke kita,” kata teman lain yang
berbadan kekar. Daripada dapet masalah lebih rumit, langsung kuberikan beberapa
lembar uang 50 ribuan ke mereka. Tapi dasar orang mabok, udah dibaik-baikin
tetep aja cari masalah. Salah satu dari mereka mencolek partner dan
tertawa-tawa yang disusul teman lain ikut tertawa ngakak. Kalo yang ini udah g’ bisa dibiarin lagi…
Waktu mau mencolek kedua kalinya, segera kutepis tangan mereka. Tanpa ditunggu
hitungan detik, 10 orang menghambur mengeroyokku. Meskipun aku ikut beladiri,
ternyata melawan orang mabok lebih sulit dari yang kukira. Salah satu dari
mereka yang membawa senjata tajam berhasil menggores lenganku, bersamaan dengan
itu sebuah hantaman juga kurasakan mendarat di punggung. Darah segar mengalir
dari kulit yang tergores, dan sedikit rasa pening di kepala mengurangi
konsentrasiku melawan.
Partner berteriak histeris, dan langsung menerjang kawanan pemabuk. Aku terpana
melihat aksinya. Raut wajahnya yang manis berubah menjadi garang. Tatap matanya
yang biasanya teduh berubah menjadi tajam waspada. Gerakannya yang lemah
gemulai mendadak berubah menjadi pukulan, tangkisan, dan tendangan keras. Tidak
sampai 15 menit, orang yang mengeroyok kami kalang kabut.
Sepanjang perjalanan pulang dan sampai di rumah aku hanya diam. Selesai mandi
aku memilih langsung tiduran di ranjang. Kulihat partner keluar dari kamar
mandi, duduk disampingku mengobati lukaku, kemudian ikut berbaring. Partner
memalingkan tubuhnya menghadapku. Kuperhatikan wajahnya, senyum menggoda
tersungging dibibirnya. Perlahan partner mendekatkan bibirnya ke telingaku dan
berbisik lirih, “Kanda, aku
tetep femme kamu yang suka dimanja oleh
cumbuanmu.”
Bisikannya membuat rasa nyeri yang kurasakan berganti dengan hasrat membara
untuk mencumbunya. Tanpa menunggu lama, kukecup bibirnya penuh semangat seperti
serangan fajar yang membabi-buta. Sampai akhirnya di ujung waktu terdengar
pekikan lirih dan sentakan tubuh kekasihku mengejang dalam pelukanku.
Ternyata, usut punya usut partner tuh Black
belt di taekwondo.
Dari kejadian itu aku sadar bahwa cewek yang manja dan berpenampilan feminin
bukan berarti tidak bisa melakukan tugas seorang butchy. Dalam diri seorang femm tetap tersimpan insting untuk survive dan suatu ketika mereka dapat
mengaktualisasikannya. Jadi kalau aku boleh sok tau perasaan partner, sebenarnya doi
pingin bilang, “ I want
something more than my husband and my children and my home”, dan menurutku
sebenarnya itu adalah inti dari karya “The
Feminine Mystique”. Nice buat partner aku, tapi tetep
kewajibanku buat jagain kamu.
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..
BalasHapus