Waktu
semakin cepat berlalu. Menorehkan kisah yang baru saja kita lewati menjadi
cerita sejarah yang akan bersambung atau terhenti. Tanpa terasa 6 tahun telah
kulalui tanpa gadisku. Yahh, gadisku menghilang sejak terakhir kali dia datang
untuk melamarku. Sekarang dia ada dimana dan bagaimana kabarnya, aku tidak
tahu. Masih teringat jelas dalam ingatan peristiwa malam itu.
“Yank, aku datang melamarmu. Aku tak kan
lagi memaksamu untuk datang melamarku. Aku tak sanggup menunggu kedatanganmu
untuk menepati janjimu. Aku sekarat karena cintaku padamu. Malam ini, aku
datang melamarmu untuk jadi……..”.
“Plakkk!!!”
tanpa sadar tangan ini terayun menampar pipi gadisku.
“Yank, apa salahku?” terlihat jelas raut
wajahnya penuh dengan kebingungan.
“Kenapa
kamu datang lagi padaku. Sudah kukatakan berulang kali bahwa aku tidak mau
datang melamarmu. Kenapa mesti kamu datang lagi! Bahkan datang untuk
menggantikan janjiku. Aku bosan mendengar rengekanmu!”. Sepertinya saat itu
detak jantungku mengikuti irama genderang yang ditabuh ketika berperang,
darahku mendidih dan seakan terpompa keluar dari ubun-ubun. Tak pernah
terbayangkan olehku sendiri bagaimana raut wajahku saat itu.
“Yank, kamu……,” terdengar lirih suaranya
tercekat ditenggorokan. Terlihat jelas mendung menggayut di kedua matanya
berusaha untuk ditahannya agar tidak jatuh. Namun, api kemarahan membakarku,
tak ku hiraukan lagi bagaimana perasaanku padanya. Tiba-tiba……
Gadisku
berpaling dan berlari meninggalkanku dengan airmata yang tertumpah karena tak
bisa lagi ditahannya.
“Nyess…”.
Sekilas cahaya bening menyejukkan tampak dari pantulan cahaya lampu 5 watt.
Airmata yang terpercik ke udara dan tersapu rambut panjangnya mengenai wajahku.
Perlahan api kemarahan yang membakar akal sehatku mulai padam. Saat ku
tersadar, gadisku telah berlari semakin jauh dariku, dan akhirnya menghilang
dalam pekatnya malam.
Ingin
ku mengejarnya. Namun, keangkuhan memberatkan kakiku tuk melangkah. Ku
terpatung di depan pintu rumah. Perlahan perasaan sesal merayap dan hinggap di
relung hatiku.
“Aku terbang menembus pekat malam
tanpa bintang, berselimut kabut tipis di angkasa. Tetes embun yang tertampung
oleh lembaran daun, perlahan menyusuri peruratan terjatuh dari tepian. Tiupan
mesra sang bayu membuat bulu kuduk meremang. Sepi…kosong…hampa yang terasa. Seseorang…satu-satunya
cahaya yang menerangi gulitaku. Meredup…semakin jauh…dan menghilang. Di ujung
jalan…”.
Maafkan
aku gadisku. Aku lakukan ini sungguh karena aku sangat mencintaimu. Aku tak
sanggup jika nantinya dirimu berkubang dalam rasa sakit.
Langit
yang sejak sore tadi berwajah muram sepertinya enggan untuk berhenti meneteskan
airmata. Meskipun tidak deras, namun cukup membuat jendela kamarku buram
berembun. Semilir Sang Bayu yang
menerobos masuk melewati celah-celah kamarku membuatku bergidik kedinginan.
Kurapatkan tubuhku dibawah selimut, namun tidak juga memberiku kehangatan. Ahh,
khayalan bersamamu kembali hadir dalam anganku. Mengoyak terali yang
membelenggu hasrat rindu padamu. Akankah perasaanmu masih sama terhadapku?
******
Ombak
menari bergulung-gulung tertimpa sinar berwarna jingga keperakan. Riak ombak
kecil dipantai berpasir putih menjilati kaki kami perlahan. Nyiur melambai dan
burung seolah bernyanyi menghanyutkan perasaan dalam kedamaian. Tak cukup
banyak kata yang bisa kuurai tuk melukiskan rasa yang saat itu kurasa.
Namun,
entah dari mana datangnya, tiba-tiba segulung ombak besar menyeret gadisku
dalam dekapannya. Menepiskan genggaman tanganku, mendorongku hingga tersungkur.
Kami terpisah.
“Yank…!!!”, teriaknya sekuat tenaga kala
itu.
“Tidak,
lepaskan gadisku…. lepaskan!”, ku mencoba mengejarnya, tetapi semua sia-sia.
Badanku serasa lemas tak berdaya. Tenaga seperti terkuras habis. Gulungan ombak
membawa pergi gadisku dalam dekapannya.
Semakin
menjauh…….
“Yank……!!!”, sayup-sayup masih kudengar
teriaknya.
******
“Tidak…..
tidak…..!!!”
Oh….ternyata
aku bermimpi. Kuseka keringat yang membanjir membasahi selimutku.
Tersenggal-senggal nafasku ketakutan. Gadisku, mimpi itu selalu datang dan tak
pernah hilang dari ingatan. Kepergianmu malam itu menyisakan mendung yang terus
menggayut di hatiku. Setiap malam aku terbunuh oleh rasa bersalah yang terus
menikam ulu hatiku.
“Aku
sekarat karena cintaku padamu”, ku teringat ucapanmu malam itu. Ah, ternyata
kau benar. Sakit….
Kupejamkan
mata, mencoba hadirkan bayangmu menghampiriku dengan senyum tersungging di
bibir merahmu. Sejenak terdengar bunyi-bunyi alam membelai dengan lembut.
Perasaan halus menyentuh, dan melodi pun mengalun…
“Buatlah aku terlelap dan buailah
diriku, dengan lagu-lagu terindahmu. Yang penuh rasa kasih, hingga membuatku
terlelap dalam tidur. Tenangkanlah pikiranku, dengan makna syairmu. Datanglah
padaku…karena kekuatanmulah yang dapat menyembuhkan sakitku dengan cepat,
meskipun tidak menghilangkan demamku. Datanglah padaku…seperti kesunyian pagi
atau seperti rintik hujan membasahi bumi.”
Gadisku….dimanakah
kini kau berada?
Kemana
aku harus mencarimu?
Aku
merindukan kehadiranmu, aku membutuhkanmu.
******* Waktu
semakin cepat berlalu. Menorehkan kisah yang baru saja kita lewati menjadi
cerita sejarah yang akan bersambung atau terhenti. Tanpa terasa 6 tahun telah
kulalui tanpa gadisku. Yahh, gadisku menghilang sejak terakhir kali dia datang
untuk melamarku. Sekarang dia ada dimana dan bagaimana kabarnya, aku tidak
tahu. Masih teringat jelas dalam ingatan peristiwa malam itu.
“Yank, aku datang melamarmu. Aku tak kan
lagi memaksamu untuk datang melamarku. Aku tak sanggup menunggu kedatanganmu
untuk menepati janjimu. Aku sekarat karena cintaku padamu. Malam ini, aku
datang melamarmu untuk jadi……..”.
“Plakkk!!!”
tanpa sadar tangan ini terayun menampar pipi gadisku.
“Yank, apa salahku?” terlihat jelas raut
wajahnya penuh dengan kebingungan.
“Kenapa
kamu datang lagi padaku. Sudah kukatakan berulang kali bahwa aku tidak mau
datang melamarmu. Kenapa mesti kamu datang lagi! Bahkan datang untuk
menggantikan janjiku. Aku bosan mendengar rengekanmu!”. Sepertinya saat itu
detak jantungku mengikuti irama genderang yang ditabuh ketika berperang,
darahku mendidih dan seakan terpompa keluar dari ubun-ubun. Tak pernah
terbayangkan olehku sendiri bagaimana raut wajahku saat itu.
“Yank, kamu……,” terdengar lirih suaranya
tercekat ditenggorokan. Terlihat jelas mendung menggayut di kedua matanya
berusaha untuk ditahannya agar tidak jatuh. Namun, api kemarahan membakarku,
tak ku hiraukan lagi bagaimana perasaanku padanya. Tiba-tiba……
Gadisku
berpaling dan berlari meninggalkanku dengan airmata yang tertumpah karena tak
bisa lagi ditahannya.
“Nyess…”.
Sekilas cahaya bening menyejukkan tampak dari pantulan cahaya lampu 5 watt.
Airmata yang terpercik ke udara dan tersapu rambut panjangnya mengenai wajahku.
Perlahan api kemarahan yang membakar akal sehatku mulai padam. Saat ku
tersadar, gadisku telah berlari semakin jauh dariku, dan akhirnya menghilang
dalam pekatnya malam.
Ingin
ku mengejarnya. Namun, keangkuhan memberatkan kakiku tuk melangkah. Ku
terpatung di depan pintu rumah. Perlahan perasaan sesal merayap dan hinggap di
relung hatiku.
“Aku terbang menembus pekat malam
tanpa bintang, berselimut kabut tipis di angkasa. Tetes embun yang tertampung
oleh lembaran daun, perlahan menyusuri peruratan terjatuh dari tepian. Tiupan
mesra sang bayu membuat bulu kuduk meremang. Sepi…kosong…hampa yang terasa. Seseorang…satu-satunya
cahaya yang menerangi gulitaku. Meredup…semakin jauh…dan menghilang. Di ujung
jalan…”.
Maafkan
aku gadisku. Aku lakukan ini sungguh karena aku sangat mencintaimu. Aku tak
sanggup jika nantinya dirimu berkubang dalam rasa sakit.
Langit
yang sejak sore tadi berwajah muram sepertinya enggan untuk berhenti meneteskan
airmata. Meskipun tidak deras, namun cukup membuat jendela kamarku buram
berembun. Semilir Sang Bayu yang
menerobos masuk melewati celah-celah kamarku membuatku bergidik kedinginan.
Kurapatkan tubuhku dibawah selimut, namun tidak juga memberiku kehangatan. Ahh,
khayalan bersamamu kembali hadir dalam anganku. Mengoyak terali yang
membelenggu hasrat rindu padamu. Akankah perasaanmu masih sama terhadapku?
******
Ombak
menari bergulung-gulung tertimpa sinar berwarna jingga keperakan. Riak ombak
kecil dipantai berpasir putih menjilati kaki kami perlahan. Nyiur melambai dan
burung seolah bernyanyi menghanyutkan perasaan dalam kedamaian. Tak cukup
banyak kata yang bisa kuurai tuk melukiskan rasa yang saat itu kurasa.
Namun,
entah dari mana datangnya, tiba-tiba segulung ombak besar menyeret gadisku
dalam dekapannya. Menepiskan genggaman tanganku, mendorongku hingga tersungkur.
Kami terpisah.
“Yank…!!!”, teriaknya sekuat tenaga kala
itu.
“Tidak,
lepaskan gadisku…. lepaskan!”, ku mencoba mengejarnya, tetapi semua sia-sia.
Badanku serasa lemas tak berdaya. Tenaga seperti terkuras habis. Gulungan ombak
membawa pergi gadisku dalam dekapannya.
Semakin
menjauh…….
“Yank……!!!”, sayup-sayup masih kudengar
teriaknya.
******
“Tidak…..
tidak…..!!!”
Oh….ternyata
aku bermimpi. Kuseka keringat yang membanjir membasahi selimutku.
Tersenggal-senggal nafasku ketakutan. Gadisku, mimpi itu selalu datang dan tak
pernah hilang dari ingatan. Kepergianmu malam itu menyisakan mendung yang terus
menggayut di hatiku. Setiap malam aku terbunuh oleh rasa bersalah yang terus
menikam ulu hatiku.
“Aku
sekarat karena cintaku padamu”, ku teringat ucapanmu malam itu. Ah, ternyata
kau benar. Sakit….
Kupejamkan
mata, mencoba hadirkan bayangmu menghampiriku dengan senyum tersungging di
bibir merahmu. Sejenak terdengar bunyi-bunyi alam membelai dengan lembut.
Perasaan halus menyentuh, dan melodi pun mengalun…
“Buatlah aku terlelap dan buailah
diriku, dengan lagu-lagu terindahmu. Yang penuh rasa kasih, hingga membuatku
terlelap dalam tidur. Tenangkanlah pikiranku, dengan makna syairmu. Datanglah
padaku…karena kekuatanmulah yang dapat menyembuhkan sakitku dengan cepat,
meskipun tidak menghilangkan demamku. Datanglah padaku…seperti kesunyian pagi
atau seperti rintik hujan membasahi bumi.”
Gadisku….dimanakah
kini kau berada?
Kemana
aku harus mencarimu?
Aku
merindukan kehadiranmu, aku membutuhkanmu.
*******
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..
BalasHapus