Aku mencintai pantai
dan segala yang berbau pantai. Mungkin karena aku dibesarkan di kampung nelayan
yang persis tepat di pinggir pantai. Aku menyukai suara debur ombak yang
menghantam batuan atau tebing menjulang di pinggir pantai. Aku menikmati sapuan
Sang Bayu di tengkukku seperti yang
sering dilakukan kekasihku. Aku betah berlama-lama berendam di air laut yang
hangat menyegarkan pembuluh darah. Dan yang paling aku suka berlari-lari diatas
pasir pantai. Kamu tau kenapa? Karena ketika aku berlari dipasir pantai, hanya
jejak samar-samar yang tertinggal. Seperti kehidupan yang kujalani saat ini
dengan partner.
Partner sih fine-fine aja dengan kegilaanku pada
pantai. Kalau di pikir-pikir entah kebetulan atau emang udah takdir dari sono, partner juga orang pesisir. Sampai-sampai
hatchery tempat aku dan partner kerja
lokasinya juga di pinggir pantai. Dulu waktu awal jadian sama partner kita sering
jalan ke pantai beberapa kota di Indonesia, tapi sekarang duh susahnya minta
ampun gara-gara rutinitas kerja. Makanya, libur lebaran kurban tahun ini
sangat…sangat…sangat aku nantikan.
Lebaran Idul Adha 1433
H kali ini kita rayain dirumah partner. Setelah menempuh perjalanan melelahkan
± 10 jam, akhirnya sampai juga di gapura yang bertuliskan “Selamat Datang di
Kota Pacitan Kota Seribu Goa.” Sampai dirumah mertua, pinginnya langsung nempel
di kasur. Alamak, pas nyampe ternyata
rumah partner udah kaya pasar malam. Ternyata semua keluarga lagi ngumpul
rayain lebaran dirumah partner. Baru masuk pintu kita udah diserbu keponakan
partner yang krucil-krucil. Maklum partner suka banget sama
anak kecil, makanya semua keponakannya deket sama dia.
“Tante…tante…nanti adik
bobok sama tante ya?” rengek mereka berebut minta digendong partner dan aku.
Partner cuma tersenyum mengiyakan. “Horee!!” teriak mereka kegirangan. Setelah
basa-basi sebentar dengan keluarga besar partner kami membersihkan badan dan
istirahat disela-sela 7 keponakan partner yang berjubel diatas kasur. Partner
tersenyum melirikku. Aku melengos pura-pura
manyun. Gagal deh minta dipijit. J
Keesokan paginya kita
mengikuti shalat Ied di alun-alun
kota. Gema takbir yang berkumandang membuat hati berdesir-desir. Tiada henti
aku mengucap syukur pada-Nya, atas kesempatan umur panjang bertemu dengan lebaran
kurban tahun ini. Tidak terasa pula tahun ini lebaran kurban kedua aku rayain
dengan partner. Setelah mengikuti serangkaian shalat dan khutbah di alun-alun
kota, kami pulang kerumah untuk melanjutkan rangkaian acara potong hewan kurban.
Seru banget acaranya, tapi paling seru waktu bagi-bagi daging kurban
kerumah-rumah tetangga, mesti siap mental 100%.
“Kapan nikahnya? Lhoh
saya kirain ngantar undangan nikah. Udah mapan neng, kapan mau dilamar. Apa mau sama anak saya? Nanti kalo ketuaan
gak laku lho.” Kesel juga sih aku dengernya, pengin banget sebenere aku jawab “Bukan
gak laku bu/ pak, nih istrinya udah disamping dia.” Untung banget partner
orangnya sabar, jadi cuma senyum nanggepi pertanyaan para tetangga jail.
Lebaran hari kedua yang
paling aku tunggu, apalagi keponakan-keponakan partner yang doyan banget diajak
jalan. Baru jam 4 pagi selesai shalat subuh udah ribet minta disiapin ini itu.
Keluarga besar partner hari ini punya acara mau rekreasi ke pantai. Pantai yang
mana sih aku belum tau, pada kompakan acara bungkam mulut pas aku tanya.
Perjalanan menuju ke pantai dimaksud bener-bener menantang. Jalan
sempit dan rusak di beberapa ruas. Kelokan tajam, jalan naik dengan turunan
cukup ekstrim menegangkan. Sepanjang perjalanan kanan dan kiri jalan berjajar
pepohonan berusia puluhan bahkan mungkin ada yang ratusan tahun dengan lingkar 3
tangan orang dewasa. Pemandangan bukit yang indah dengan udara sejuk. Sampai di
sebuah gardu, mobil rombongan berhenti. Aku melongo keluar jendela. Oh…em…ji…landscape pantai menawan membentang
didepanku.
“Welcome to Klayar
beach, mimi” bisik partner di telingaku.
Keponakan pada udah berlarian kabur ke pantai. Aku dan
partner ikut berlari mengejar mereka, aku udah gak sabar lihat keindahan pantai
Klayar dari dekat. Dibelakang kami para orang tua teriak-teriak entah apa. Pantai
Klayar merupakan salah satu pantai eksotis di Pacitan. Pantai ini tergolong
masih sepi meskipun hari libur, mungkin kesulitan akses menuju tempat ini yang
jadi alasan. Meskipun begitu, perjuangan ketempat ini tidak akan sia-sia
terbayar dengan keindahan pantai yang ditawarkan. Hamparan pasir putih
membentang dengan ombak sebening kristal memecah di bibir pantai. Bukit karang mengapit
pantai di kanan dan kiri. Di ujung timur, sebuah laguna diapit 2 gugusan batu
karang. Gulungan ombak yang pecah menghantam dinding karang menciptakan
bias-bias pelangi terkena panas matahari. Batu karang yang menjulang di pantai
ada yang berbentuk seperti Sphinx.
Tiba-tiba terdengar siulan yang cukup keras diiringi air mancur menyembur ke
atas. Ternyata ada celah di batu karang yang membentuk lubang. Ketika ombak
datang dengan cukup deras, sebagian airnya masuk melewati celah dan menyembur
ke atas seperti air mancur raksasa disertai suara mirip siulan sehingga sering
disebut sebagai seruling laut.
Puas berenang, kami rebahan di pasir pantai yang seperti
bentangan permadani putih berkilau. Aroma daging bakar bumbu mulai merangsang
indera penciuman. Ibu mertua udah manggil-manggil ngajak makan. Kita menggelar
tikar dibawah pohon. Gulungan ombak tepi pantai, air mancur alami, seruling
laut, dan karang Sphinx menemani kami
menyantap sate dan minum es kelapa muda. Mantap bener….
Selesai makan aku dan partner duduk diatas karang, jemari tangannya erat menggenggam jemariku. Kusandarkan kepala dipundaknya. Detak jantungnya terdengar di telingaku. Detak jantung yang memberiku kehidupan. Kini, aku tidak hanya mencintai sosok dirinya, tapi aku juga mencintai tanah kelahirannya. Kami sama-sama tersenyum memandang laut lepas.
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..
BalasHapus