all about me

Sabtu, 15 Desember 2012

JANJI SANG PEREMPUAN (Part 1)


Kisah ini bukan berawal dari cinta pada pandangan pertama seperti halnya kebanyakan cerita remaja. Kisah ini bukan sekedar fatamorgana di tengah gurun yang muncul dari keinginan hanya untuk melepas dahaga. Kisah ini seperti hujan, tidak hanya memberi kesejukan namun juga memberi alasan untuk sebuahkehidupan.
“Erditya”, satu nama yang selalu membuat hatiku bergetar saat mengingatnya. Satu nama yang mampu membuatku bertahan menghadapi kerasnya kehidupan. Satu nama yang sampai saat ini tak pernah lekang oleh waktu dan kan terus bertahta dalam singgasana hatiku.
Aku mengenalnya sejak kami belum punya rasa malu ketika berlarian hanya mengenakan celana dalam dan kaos kutang. Umurku terpaut 1 tahun lebih tua darinya. Rumahnya yang hanya berjarak 100 meter dari rumahku, membuatku setiap saat selalu bersamanya. Orang tua kami (ibu) bersahabat sejak kecil, dan persahabatan tersebut berlanjut juga pada kami. Kami tumbuh dan menikmati masa-masa bermain bersama sebagai sepasang kedono-kedini.
Seiring bumi berputar pada porosnya, siang dan malam silih berganti. Seiring bumi berputar mengelilingi matahari, tahun demi tahun berlalu. Bagaikan metamorfosis dari seekor ulat yang berubah menjadi kepompong, kini “Er” menjelma menjadi kupu-kupu cantik yang selalu ada disampingku. Sifatnya yang manja, riang, dan cerdas membuatku betah selalu disampingnya. Perasaan untuk selalu menjaga dan melindunginya semakin subur tumbuh dalam diriku.
******
Di pagi yang masih kasip, lamat-lamat kudengar suara pintu kamar berderit. Mataku terlalu berat untuk terbuka melihatnya. Sentuhan tangan mungil dan halus mendarat perlahan di pinggangku.
“Kak bangun, kemarin janji mau ajakin main ke tebing,” rengeknya sambil memainkan kelopak mataku berusaha dibukanya. Sebenarnya aku sudah tidak berniat untuk tidur, namun mata ini belum mau kompromi untuk dibuka.
Sebuah ciuman lembut mendarat di pipi. Tersentak ku kaget dan mata ini benar-benar terbuka untuk memastikan bahwa ciuman tadi bukan hanya sentuhan Sang Bayu yang menerobos dari celah-celah atap kamarku. Sejenak kupandang sosok gadis disampingku dengan senyum tersungging manis dibibirnya. Imaji ku berputar, sepasang kekasih mengenakan kostum hitam putih yang terbang di kamarku berbisik menggoda.
“Senyummu adalah keindahan tak terbatas. Menyiratkan sejuta kata tak terucap, merangkai nada cinta. Mendesah merdu bersama alunan melodi harpa sang bayu. Memberi kesejukan di relung kalbu. Satu pertanyaan yang selalu ada dalam benakku. Akankah selalu kulihat senyum itu setiap waktu?”
“Kak, ayo nanti keburu matahari terbit”, rengeknya membuyarkan sesi pemutaran film imaji di bioskop khayalku. Segera ku beranjak ke kamar mandi membasuh muka, kuambil jaket dan berjalan mengiringinya menuju tempat yang telah kujanjikan padanya.
Hembus angin langsung menerpa wajahku ketika kubuka pintu rumah. Hawa dingin menelusup masuk ke tulang sumsum. Kami berjalan merapat namun tetap dalam kebisuan. Sesekali kucuri pandang mengagumi keindahan sang pencipta dalam sosok dirinya. Sepuluh menit kemudian kita sampai di sebuah tebing yang menghadap ke samudera luas. Kami duduk terdiam hanyut dalam perasaan masing-masing. Entah apa yang dipikirkan gadisku saat itu. Kupejamkan mata menikmati suasana.
Dibawah naungan Tamarindus indica di pagi yang temaram. Memperhatikan sang Surya malu-malu memadukan kombinasi warna di kanvas angkasa. Tergetar hati menikmati keindahan nyiur melambai menari gemulai mengikuti alunan harmonica sang Bayu. Riuh kicau Sterna nilotica bersahut gembira di antara ikan kecil yang berloncatan riang. Debur ombak yang menghantam celah-celah karang menyuarakan syair menentramkan jiwa. Kelip-kelip lampu kapal di lautan tampak indah di kejauhan. Damai pagi ini...”          
 Kubuka mata dan menoleh kearahnya, ternyata gadisku juga menoleh kearahku. Kami saling menatap. Segera kupalingkan kepala berusaha menghindar tatap matanya. Terasa aneh…tapi aku suka perasaan itu. Ya Tuhan….apa yang terjadi denganku saat ini. Perasaan ini semakin tumbuh subur seperti cendawan di musim penghujan. Aku sadar dengan berbagai alasan bahwa aku harus memendam perasaan itu entah sampai kapan. Namun…..
“Kak…”, sebuah panggilan pelan keluar dari bibir tipisnya. Jemari tangannya yang sejak tadi dimasukkan dalam saku jaketnya telah berpindah menggenggam jemari tanganku. Kurasakan hangat yang merangsang pembuluh darah mempercepat alirannya menuju seluruh tubuh. Jantungku dag dig dug berdetak lebih cepat dari normal.
“Iya….”, kujawab singkat panggilannya tanpa menoleh kearahnya karena menahan gugup. Bersamaan dengan moment itu lamat-lamat kudengar sekumpulan kepiting berdendang.
“Ditepi pantai pasir putih. Riak-riak debur ombak menjilati kaki kami yang telanjang. Semburat jingga terang di ufuk timur tersenyum tulus menyapa jiwa-jiwa setiap insan. Kicau Passerin bersahutan dendangkan lagu tentang indahnya cinta. Kedamaian menelusup relung kalbu saat kebersamaan terpatri dalam genggaman tangan.”

 “Kalo dah gede lamar aku ya!”, pinta gadis yang teramat polos itu.
Emang boleh, kita kan perempuan?”, tanyaku ragu sekaligus kaget dengan apa yang ku dengar barusan.
“Pura-pura jadi laki-laki aja”, katanya mencoba meyakinkanku.
Pake’ celana dan berkumis?”, tanyaku masih dalam keraguan.
“Bukankah Han Wen sebenarnya juga perempuan”, katanya sambil menatapku lekat-lekat.
“Kenapa mesti aku yang jadi Han Wen, aku juga cantik seperti Pai Su Jen!”, kataku berontak.
“Tapi rambutmu pendek, bukankah rambut Pai Su Jen sama panjangnya dengan rambutku? Janji ya, datang untuk lamar aku!”, katanya tak mau kalah. Gadisku ini memang tak ingin dikalahkan oleh siapapun, termasuk aku yang katanya belahan jiwanya. Akupun berjanji padanya untuk datang melamarnya ketika aku sudah dewasa. Janji yang disaksikan mentari di ufuk timur yang tersenyum tulus menyapa penduduk bumi. Pagi yang menyimpan sejuta kenangan.
******



A. V. Nanda       
D. Tyas N.

1 komentar:

  1. Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..

    BalasHapus